Memilih bibit tanaman buah adalah
hal yang cukup sulit bagi sebagian orang karena pengetahuan dan
informasi yang dimiliki terbatas perihal jenis-jenis bibit itu sendiri.
Keterbatasan pengetahuan dan informasi inilah yang akhirnya membuat
orang menjadi ragu jika hendak memilih atau membeli bibit tanaman buah
yang hendak mereka tanam. Bertanya pada orang yang mengerti tentang hal
tersebut adalah hal yang paling mudah dilakukan, namun pemahaman diri
sendiri terhadap jenis bibit akan sangat membantu diri kita
masing-masing dalam memilih dan dan menentukan jenis bibit tanaman buah
seperti apa yang diinginkan. Dengan demikian, pengetahuan dan informasi
tentang jenis-jenis bibit beserta metode atau cara pembuatannya akan
sangat membantu seseorang untuk menentukan pilihannya tersebut, tanpa
harus bersikeras untuk hanya memilih bibit tanaman yang dibuat dengan
cara tertentu, bibit cangkok atau bibit sambung susu misalnya, serta
mengabaikan bibit tanaman yang dibuat dengan dengan cara selain cangkok
dan sambung susu.
Bibit
tanaman adalah individu tanaman kecil yang diperoleh dengan
memperbanyak tanaman induk melalui berbagai macam cara/metode tertentu,
dengan tujuan :
1. Mewariskan sifat-sifat baik/unggul tanaman induk ke tanaman generasi berikutnya
2. Mempertahankan keberlangsungan jenis-jenis tanaman dari waktu ke waktu
3. Memperbanyak jumlah individu tanaman dalam waktu relatif singkat dengan kualitas yang baik
4. Meningkatkan nilai keekonomian tanaman sebagai komoditas perdagangan, khususnya untuk tanaman yang menghasilkan buah dengan value yang tinggi
5. Fungsi penyebaran tanaman dari satu daerah ke daerah lainnya
6. Fungsi sosial budaya, adat istiadat, estetika, dan penghijauan, dan penelitian tanaman
Metode Perbanyakan Generatif (Perbanyakan Seksual) :
Biji
adalah alat perbanyakan generatif, diperoleh dari hasil perkawinan
antara benang sari (alat kelamin jantan pada bunga) dengan kepala putik
(alat kelamin betina pada bunga). Perkawinan tersebut bisa saja terjadi
antara benangsari yang membuahi
kepala putik pada bunga yang sama atau kepala putik dibuahi oleh benang
sari dari bunga lain, dari tanaman yang sama atau tanaman yang berbeda
namun masih sejenis (misalnya kepala putik bunga arumanis diserbuki oleh
benangsari mangga arumanis yang lain). Pada banyak kasus, ditemukan
fakta bahwa cukup banyak persilangan alami yang terjadi antara tanaman
yang berbeda namun masih sejenis (misalnya kepala putik mangga arumanis
diserbuki oleh benangsari mangga gedong gincu) dan lain sebagainya.
Putik yang telah diserbuki oleh benangsari akan berkembang menjadi bakal
buah, berkembang terus menjadi buah sempurna dan akhirnya buah akan
matang pada waktunya dan dari buah matang inilah biji tanaman buah
dihasilkan sebagai alat perbanyakan seksual.
Biji yang disemai akan tumbuh menjadi individu tanaman baru (seedling),
namun karena biji diperoleh dari proses perkawinan bunga (secara
seksual) dan pada proses persilangan antar bunga pasti terjadi peristiwa
segrerasi genetik (pemisahan dan penggabungan gen-gen),
maka dari perkawinan tersebut akan dihasilkan individu tanaman baru
dengan sifat-sifat yang beragam : bersifat sama persis dengan
sifat-sifat induknya, bersifat lebih buruk dibanding sifat-sifat
induknya atau bahkan bisa bersifat lebih baik dibanding sifat-sifat
tanaman induknya. Karena variasi dan keragaman serta ketidak pastian
sifat-sifat tanaman yang ditanam dari biji itulah, perbanyakan bibit
tanaman buah asal biji sangat jarang dilakukan. Umumnya bibit tanaman
asal biji ditanam jika memang tanaman induk tidak dapat diperbanyak
dengan cara lain. Selain itu, bibit tanaman asal biji (seedling) umumnya memang sengaja ditanam untuk digunakan sebagai bahan rootstock atau batang bawah dalam proses pembuatan bibit secara aseksual yang akan dijabarkan pada bagian berikutnya di topik ini. Rootstock
atau batang bawah tanaman asal biji berperan besar dan sangat
diperlukan dalam proses pembuatan bibit secara aseksual dengan
memanfaatkan sifat-sifat baik tanaman asal biji tersebut, seperti :
sistem perakaran yang bagus, memiliki akar tunggang sebagai akar utama,
memiliki ketahanan terhadap kekeringan karena sistem perakaran yang
bagus, memiliki daya adaptasi yang luas sehingga dapat ditanam di
manapun, serta memiliki daya kesesuaian (kompatibilitas) jika disambung
dengan batang atas (scion/entres)
dari tanaman lain yang sejenis atau berbeda jenisnya namun masih berada
dalam hubungan kekerabatan (taksonomi) yang dekat. Meski tidak semua
perbanyakan aseksual memerlukan ketersediaan batang bawah, namun
penyediaan batang bawah tetaplah menjadi salah satu hal yang menentukan
dalam pembuatan dan penyediaan bibit tanaman buah dalam jumlah besar.
Metode Perbanyakan Vegetatif (Perbanyakan Aseksual)
Perbanyakan
ini dikatakan aseksual karena bibit diperoleh dengan cara memanfaatkan
bagian tanaman yang bukan termasuk alat kelamin dalam proses persilangan
atau perkawinan bunga. Bagian tanaman yang dimanfaatkan
adalah akar, batang (termasuk cabang dan ranting) serta daun. Berbeda
dengan bibit asal biji yang mempunyai variasi dan keberagaman sifat
akibat proses persilangan, bibit vegetatif akan bersifat identik dengan
sifat tanaman induknya dan tidak akan ditemukan perbedaan sifat genetik
sama sekali. Jika terdapat individu tanaman buah diketahui bersifat
unggul, misalnya : tahan terhadap kekeringan, daya adaptasi luas, tahan
hama dan penyakit, genjah (gampang berbuah pada umur tanaman yang masih
muda), produktifitas buah tinggi, kualitas buah bagus (ukuran, tekstur
daging, rasa, warna, dan daya simpan buah), maka perbanyakan bibit
tanaman secara vegetatif untuk individu tanaman ini sangatlah
dianjurkan. Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dikenal dengan
istilah perbanyakan secara klonal sehingga bibit vegetatif juga biasa disebut sebagai bibit klonal.
Tergantung pada jenis tanamannya, perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara :
CANGKOK
: adalah perbanyakan bibit tanaman dengan cara menumbuhkan akar pada
bagian cabang atau ranting yang dikerat kulit cabang atau rantingnya.
Cangkok dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan sederhana yang
terdapat di sekitar kita (misalnya : tanah murni, campuran tanah dan
bahan organik seperti pupuk kandang atau kompos, lumut, sabut kelapa
utuh, serat sabut kelapa urai atau coco fiber, maupun serbuk sabut kelapa atau coco peat), serta dapat juga menggunakan bahan yang relatif sulit diperoleh seperti sphagnum moss atau akar pakis dan floral foam.
Intinya adalah sama yakni sebagai upaya untuk menumbuhkan akar
cabang/ranting menggunakan bahan-bahan tersebut di atas sebagai media
tumbuhnya akar. Beberapa orang menggunakan zat perangsang tumbuh (ZPT)
untuk mempercepat pertumbuhan akar. ZPT tersebut mengandung bahan aktif naftalenasetamida dan indol butirat yang
berfungsi merangsang dan memacu pertumbuhan tunas-tunas akar dari
cabang/ranting yang dicangkok. Beberapa merk ZPT ini antara lain adalah :
Rootone F, Root F, dan Clonex. Jika akar telah tumbuh banyak, maka
cabang/ranting dapat dipotong dan dipisahkan dari tanaman induknya dan
bibit asal cangkok ini dapat diperlakukan sebagai tanaman
yang siap ditumbuhkan menjadi individu tanaman baru. Beberapa
keuntungan bibit tanaman asal cangkok adalah : bersifat identik, sama
persis dengan sifat induknya, tumbuh relatif lebih cepat pada fase
tanaman muda, percabangannya kompak, umur berbuah relatif lebih cepat,
dan mudah dibuat tanpa memerlukan keterampilan tertentu serta dapat
dilakukan pada banyak jenis tanaman buah. Kekurangan
cangkok adalah : tidak semua tanaman buah dapat dicangkok
cabang/rantingnya, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan
akar cangkokan pada beberapa jenis tanaman buah tertentu, bibit cangkok
akan mempunyai akar serabut tanpa akar tunggang (akar utama) sehingga
pada jenis tanaman buah tertentu mudah rubuh jika terkena angin kencang,
serta menghabiskan banyak cabang/ranting jika tanaman dicangkok dalam
jumlah banyak sekaligus.
STEK
: adalah cara perbanyakan bibit tanaman dengan menumbuhkan akar dari
ranting muda di bagian ujung tanaman menggunakan beragam media tanam
stek, antara lain : sekam bakar steril, campuran sekam bakar dengan
tanah, campuran sekam bakar dengan pupuk kandang/kompos, campuran tanah
dengan pupuk kandang/kompos, cocopeat, hingga stek yang menggunakan floral foam
sebagai media tanam. Selain ranting muda, beberapa tanaman juga dapat
diperbanyak dengan menggunakan stek akar, namun cara ini sangat jarang
dilakukan. Keuntungan perbanyakan bibit tanaman dengan cara stek adalah :
stek tidak memerlukan dan sama sekali tidak tergantung pada
ketersediaan batang bawah, sangat mudah dilakukan oleh siapapun, bibit
yang dihasilkan akan mempunyai sistem perakaran serabut dan
nantinya akan berkembang menjadi sistem perakaran yang baik, serta
memiliki kesamaan sifat-sifat genetik dengan tanaman induknya.
Kekurangan cara stek ini adalah : tidak semua jenis tanaman dapat
distek, pertumbuhan yang relatif lambat pada fase bibit muda, diperlukan
perlakuan sungkup untuk menjaga kelembaban agar tetap tinggi selama proses stek berlangsung (pada skala pembibitan stek yang lebih besar diperlukan pembangunan “mist room”
sebagai sarana untuk menyungkup tanaman secara komunal dalam jumlah
besar, dengan mekanisme pengaturan suhu dan tingkat kelembaban tertentu,
serta harus dilengkapi dengan alat pengabut), serta bahan stek sangat
mudah ditumbuhi jamur karena faktor kelembaban yang tinggi selama proses
penyungkupan berlangsung.
OKULASI
: adalah perbanyakan bibit tanaman dengan cara menempelkan mata tunas
yang diperoleh dari tanaman induk ke jaringan kambium pada batang bawah.
Mata tunas diperoleh dari ketiak daun yang tumbuh di ranting tanaman
induk. Mata tunas yang ditempel tersebut kelak akan tumbuh menjadi
individu tanaman baru yang bersifat identik dengan sifat induk di mana
mata tunas tersebut diambil. Okulasi tempel mata tunas adalah cara yang
paling populer dilakukan untuk memperbanyak tanaman buah karena dalam
waktu singkat dapat dihasilkan individu tanaman baru dalam jumlah besar,
hingga ratusan ribu. Bibit tanaman okulasi mempunyai keuntungan sebagai
berikut : mempunyai perakaran yang sangat baik yang diperoleh dari
sistem perakaran batang bawah, mempunyai tingkat keseragaman penampakan
tanaman yang sangat baik saat ditanam di lahan, tingkat pertumbuhan yang
relatif seragam pada kondisi lingkungan yang mendukung, serta dapat
dibuat dalam jumlah besar sekaligus. Kekurangan okulasi adalah :
dibutuhkan keterampilan bagi pembuatnya, persentase keberhasilan
pembuatannya sangat tergantung pada banyak faktor internal dan
eksternal, ketergantungan terhadap ketersediaan batang bawah, sering
ditemukan ketidaksesuaian (inkompatibilitas)
antara batang atas dan batang bawah pada fase pertumbuhan bibit
selanjutnya dan hanya baik dilakukan saat musim kemarau jika dibuat
secara massal di lapangan.
SAMBUNG SISIP
: adalah perbanyakan bibit tanaman dengan memodifikasi cara okulasi
atau tempel mata. Jika okulasi dilakukan dengan menempelkan mata tunas,
maka sambung sisip adalah menempelkan potongan ranting muda ke jaringan
kambium pada batang bawah. Jika okulasi hanya menempelkan satu mata
tunas, maka dengan metode sambung sisip dapat ditempelkan lebih dari
satu mata tunas sekaligus yang terdapat pada ranting muda yang
ditempelkan. Dengan cara ini, kemungkinan tumbuhnya dua atau lebih mata
tunas sekaligus pada bibit baru akan cukup besar, namun umumnya hanya
akan tumbuh maksimum dua mata tunas, sehingga jika ada 2 mata tunas yang
tumbuh bersamaan, akan diperoleh bibit yang bercabang primer langsung
dari titik sambungan. Bibit tanaman hasil sambung sisip mempunyai
beberapa keuntungan sebagai berikut : bersifat identik dengan sifat
genetik tanaman induk, mempunyai perakaran sangat baik yang diperoleh
dari sistem perakaran batang bawah, mempunyai tingkat keseragaman
penampakan tanaman yang sangat baik saat ditanam di lahan, tingkat
pertumbuhan yang relatif seragam pada kondisi lingkungan yang medukung,
tumbuh lebih cepat dibanding bibit okulasi, serta dapat dibuat dalam
jumlah besar sekaligus. Kekurangan cara perbanyakan sambung sisip adalah
: dibutuhkan keterampilan bagi pembuatnya untuk meningkatkan persentase
keberhasilan dalam proses pembuatan bibit, ketergantungan terhadap
ketersediaan batang bawah, lebih boros dalam penggunaan entres sehingga
dibutuhkan ranting muda dalam jumlah lebih banyak, dan hanya baik
dilakukan saat musim kemarau jika dibuat secara massal di lapangan.SAMBUNG SAMPING : adalah perbanyakan bibit tanaman yang caranya mirip dengan cara sambung sisip, namun jika pada sambung sisip hanya melepaskan kulit batang sehingga terlihat lapisan kambium sebagai tempat menempel tunas ranting muda, maka pada sambung samping dilakukan pengirisan kulit sekaligus sebagian kayu bagian dalam dengan irisan yang tipis. Cara ini dilakukan jika kulit batang tergolong sulit untuk dikelupas akibat tipisnya lapisan cambium batang bawah. Lebar dan panjang irisan sama persis dengan metode sambung sisip dan di tengah irisan itulah, potongan ranting muda disisipkan. Ranting muda yang disisipkan bisa terdiri dari tunas ujung maupun bukan tunas bagian ujung, dengan jumlah mata tunas bisa lebih dari satu, tergantung panjang ranting muda yang disambungkan. Bibit tanaman hasil sambung sisip mempunyai keuntungan sebagai berikut : bersifat identik dengan sifat tanaman induknya, mempunyai perakaran sangat baik yang diperoleh dari sistem batang bawah, mempunyai tingkat keseragaman penampakan tanaman yang sangat baik saat ditanam di lahan, tingkat pertumbuhan yang relatif seragam pada kondisi lingkungan yang mendukung, tumbuh lebih cepat dibanding bibit okulasi, serta dapat dibuat dalam jumlah besar sekaligus. Kekurangan perbanyakan dengan cara sambung samping adalah : dibutuhkan keterampilan bagi pembuatnya untuk meningkatkan persentase keberhasilan pembuatan bibit, ketergantungan terhadap ketersediaan batang bawah, menggunakan entres lebih banyak dibanding okulasi sehingga harus disediakan entres dalam jumlah lebih banyak, dan hanya baik dilakukan saat musim kemarau jika dibuat secara massal di lapangan.
SAMBUNG PUCUK : biasa juga disebut dengan cara GRAFTING,
adalah cara perbanyakan bibit tanaman dengan membelah batang bawah yang
dipotong pada ketinggian tertentu dan menyisipkan potongan mata
potongan ranting muda yang bagian bawahnya dibentuk seperti huruf “V”
atau berbentuk baji ke dalam belahan di tengah batang bawah tersebut.
Potongan ranting yang disisipkan ke belahan tengah batang bawah dapat
dapat merupakan potongan pucuk/ujung ranting maupun potongan ranting
muda di bagian bawah potongan ujung ranting, dengan satu atau lebih mata
tunas sekaligus. Cara ini lazim dilakukan saat batang bawah masih
sangat muda dan belum berkayu (pada alpokat, misalnya) maupun pada
tanaman lainnya yang batang bawahnya masih berwarna hijau dengan
diameter kurang dari 5mm. Jika dilakukan pada batang bawah yang masih
sangat muda, cara ini dikenal dengan istilah sambung dini atau “mini grafting”.
Bibit tanaman hasil sambung pucuk mempunyai keuntungan sebagai berikut :
bersifat identik dengan sifat genetik tanaman induk, mempunyai
perakaran sangat baik yang diperoleh dari sistem perakaran batang bawah,
mempunyai tingkat keseragaman penampakan tanaman yang sangat baik saat
ditanam di lahan, tingkat pertumbuhan yang relatif seragam pada kondisi
lingkungan yang mendukung, tumbuh lebih cepat dibanding bibit okulasi,
serta dapat dibuat dalam jumlah besar sekaligus. Kekurangan okulasi
adalah : dibutuhkan keterampilan bagi pembuatnya, ketergantungan
terhadap ketersediaan batang bawah, diperlukan perlakuan penyungkupan
pada bibit pasca penyambungan, baik penyungkupan secara individual jika
jumlahnya sedikit maupun penyungkupan komunal jika bibit dibuat dalam
skala besar, sering ditemukan ketidaksesuaian (inkompatibilitas)
antara batang atas dan batang bawah, dan keberhasilannya sangat
tergantung pada kesehatan dan kualitas pertumbuhan batang bawah (karena
batang bawah dipangkas habis tanpa daun dan hanya menyisakan batang yang
akan disambung).
Pada
akhirnya, apapun jenis bibit yang dipilih untuk ditanam, bibit tanaman
buah tidak akan tumbuh dengan baik jika tidak disertai dengan perawatan
dan teknis budidaya yang tepat, dimulai dari persiapan lubang tanam di
lahan maupun persiapan media tanam yang sesuai jika bibit hendak ditanam
dalam pot, pengairan yang teratur, pemberian pupuk secara berkala
dengan jenis dan dosis yang tepat, penambahan pupuk organic secara
berkala, pengendalian hama dan
penyakit tanaman, dan pemangkasan secara teratur sesuai dengan tahap
pertumbuhan tanaman. Dari sini akan diperoleh hasil pertumbuhan tanaman
yang optimal sehingga pada waktunya nanti, tanaman buah akan
menghasilkan buah dengan produktifitas yang optimal pula sebagai mana
yang diharapkan oleh penanamnya.
0 komentar:
Posting Komentar